Pengertian
Produksi -
Menurut Sofyan Assauri, produksi didefinisikan sebagai berikut :
“Produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization, managerial, dan skills)
“Produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization, managerial, dan skills)
Faktor Penentuan Luas Produksi.
Suatu perusahaan memerlukan sumber daya
yang akan dipergunakan untuk produksi barang. Sumber daya tersebut berupa bahan
mentah, bahan pembantu, mesin-mesin, peralatan lain, tenaga kerja, modal dan
tanah. Selain sumber daya tersebut jumlah permintaan merupakan penentu luas
produksi yang paling menguntungkan.
Luas produksi optimal suatu perusahaan
akan terpenuhi oleh beberapa faktor : (Ahyari, Agus, Op-Cit, Hal 67.)
- Tersedianya bahan dasar.
- Tersedianya kapasitas mesin-mesin
yang dimiliki.
- Tersedianya tenaga kerja.
- Besarnya permintaan akan hasil
produksi.
- Tersedianya faktor-faktor produksi
yang lain.
Luas produksi bukan satu-satunya yang
menentukan luas perusahaan, sebab untuk mengukur luas perusahaan harus berdasarkan
pada: ( Ibid, hal 67.)
- Bahan dasar yang dipergunakan.
- Bahan yang dihasilkan
- Mesin/peralatan yang digunakan.
- Jumlah tenaga kerja yang
digunakan.
Upaya Peningkatan Mutu Produksi.
Sadar akan pentingnya produk yang bermutu, maka perusahaan harus berorentasi pada penciptaan produk yang bermutu. Akan tetapi, perlu ditegaskan bahwa bermutu atau tidaknya produk suatu perusahaan bukan ditetapkan atau di nilai oleh perusahaan, namun produk yang bermutu atau tidak bermutu dinilai oleh konsumen. Untuk itu, dalam usaha menghasilkan produk yang bermutu harus mengacu pada keinginan konsumen.
Adapun beberapa strategi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu produk perusahaan, sebagai berikut : (Fandy, Tjipto, Op-Cit, Hal 13.)
Sadar akan pentingnya produk yang bermutu, maka perusahaan harus berorentasi pada penciptaan produk yang bermutu. Akan tetapi, perlu ditegaskan bahwa bermutu atau tidaknya produk suatu perusahaan bukan ditetapkan atau di nilai oleh perusahaan, namun produk yang bermutu atau tidak bermutu dinilai oleh konsumen. Untuk itu, dalam usaha menghasilkan produk yang bermutu harus mengacu pada keinginan konsumen.
Adapun beberapa strategi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu produk perusahaan, sebagai berikut : (Fandy, Tjipto, Op-Cit, Hal 13.)
- Menetapkan tujuan yang jelas.
- Memprakarsai atau menentukan kembali budaya organisasi.
- Mengembangkan komunikasi yang jelas.
- Melembagakan komunikasi efektif dan konsisten.
- Melembagakan pendidikan dan pelatihan.
- Mendorong perbaikan terus menerus.
Untuk mencapai produk yang bermutu, maka langkah awal perusahaan yang harus ditempuh pertama kali harus menetapkan tujuan yang jelas dan spesifik serta didasarkan atas tuntutan pelanggan atau konsumen. Apabila tujuan telah ditetapkan, maka seluruh sumber daya yang ada pada perusahaan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Langkah selanjutnya yang dapat
dilakukan oleh perusahaan guna mencapai hasil produk yang bermutu yaitu
penetapan budaya organisasi. Artinya, individu yang ada didalam perusahaan
hendaknya dibangun sikap dan perilakunya menjadi perilaku yang mempunyai moral
dan semangat kerja yang tinggi, loyalitas, tepat waktu dan rasa antusias untuk
menyelesaikan pekerjaan. Hal yang perlu ditekankan pada karyawan didalam
perusahaan oleh manejer adalah kesejahteraan perusahaan yang mencakup tenaga
kerja didalamnya untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, untuk
mencapainya hanya dengan cara menghasilkan produk yang bermutu.
Pada tahap diatas kondisi intern perusahaan telah cukup baik. Tahap selanjutnya adalah pembentukan komunikasi yang baik antara karyawan atau dengan pihak eksten (luar) perusahaan salah satunya adalah dengan konsumen. Melalui komunikasi yang baik dengan konsumen, maka perusahaan akan mengetahu tanggapan konsumen atas produk yang dihasilkan serta apa keinginan konsumen pada periode-periode selanjutnya. Adapun keinginan konsumen pada setiap periode selalu akan mengalami perubahan.
Pada tahap diatas kondisi intern perusahaan telah cukup baik. Tahap selanjutnya adalah pembentukan komunikasi yang baik antara karyawan atau dengan pihak eksten (luar) perusahaan salah satunya adalah dengan konsumen. Melalui komunikasi yang baik dengan konsumen, maka perusahaan akan mengetahu tanggapan konsumen atas produk yang dihasilkan serta apa keinginan konsumen pada periode-periode selanjutnya. Adapun keinginan konsumen pada setiap periode selalu akan mengalami perubahan.
Konsumsi
adalah : proses menghabiskan nilai guna suatu barang atau
jasa.
Tujuan orang melakukan proses konsumsi
adalah : agar kebutuhan hidupnya terpenuhi sehingga memperoleh kepuasan hidup.
Proses konsumsi membutuhkan tersedianya
barang dan jasa, untuk itu diperlukan suatu alat tukar untuk memperolehnya,
biasanya alat yang digunakan adalah uang.
Besar
kecilnya konsumsi dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut :
- kemampuan masyarakat dalam
menyediakan barang dan jasa
- pendapatan yang siap untuk
dibelanjakan
- tingkat harga barang
- tingkat ketersediaan barang di
pasar
- selera dan tingkat kebutuhan
barang
Besar kecilnya tingkat konsumsi
masyarakat dapat menjadi cermin tingkat kemakmuran suatu masyarakat / bangsa
tersebut. Semakin besar tingkat konsumsinya berarti tingkat kemakmurannya juga
semakin tinggi dan sebaliknya.
B.
Ciri – ciri dan Pembagian Benda Konsumsi
Ciri – ciri benda konsumsi adalah
:
1.
Untuk mendapatkannya membutuhkan pengorbanan
2.
Benda tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
3.
Jika dipakai maka nilai barang dan manfaatnya akan habis / berangsur – angsur
habis
Sedangkan benda konsumsi dapat
dibedakan menjadi :
1.
Sekali pakai ( sabun, makanan, shampo )
2.
Berkali – kali pakai ( pakaian, buku )
C.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Konsumsi
1. Faktor intern
a.
Motivasi
b.
Sikap
c.
Kepribadian
2. Faktor ekstern
a.
Kebudayaan
b.
Tingkat / status sosial
c.
Adat istiadat
D.
Utility Barang dan Nilai Barang
D. 1. Utility Barang
Utility atau nilai guna adalah tingkat
kegunaan / manfaat barang atau jasa apabila barang atau jasa tersebut
digunakan. Nilai guna barang dan jasa dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Elementary
Utility / Guna Dasar
Suatu barang berguna karena mengandung
unsur dasar tertentu. Contoh : batu baterai berguna karena mengandung unsur zat
elektrolit.
2. Form
Utility / Guna Bentuk
Suatu barang berguna karena bentuknya
telah berubah. Contoh : kayu lebih berguna apabila jadi kursi atau meja.
3. Time
Utility / Guna Waktu
Suatu barang berguna apabila diproduksi
atau dipakai pada waktu yang tepat. Contoh : paying pada saat hujan.
4. Place
Utility / Guna Tempat
Barang berguna karena digunakan di
tempat yang tepat. Contoh : unta di padang pasir.
5. Ownership
Utility / Guna Milik
Barang berguna apabila sudah dimiliki.
Contoh : buah dapat dimakan bila sudah dibeli.
6. Service
Utility / Guna Pelayanan
Barang berguna karena bisa memberikan
pelayanan yang baik. Contoh : TV ada siarannya, angkot ada supirnya.
D.
2. Nilai Barang
Suatu barang dikatakan bernilai apabila
barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Oleh karena itu nilai
barang dapat dikelompokkan menjadi sbb :
1.
Nilai Pakai ( Value in Use ) : barang mempunyai nilai apabila barang tersebut
dapat digunakan / dipakai secara langsung oleh pemiliknya. Nilai pakai dibagi
menjadi dua :
a.
Nilai pakai objektif : bila kemampuan suatu barang bisa dipakai oleh setiap
orang secara umum
b.
Nilai pakai subjektif : bila kemampuan suatu barang hanya bisa dipakai secara
perorangan atau individu
2.
Nilai Tukar ( Value in Exchange ) : barang mempunyai nilai apabila dapat
ditukarkan dengan barang lainnya. Nilai tukar dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Nilai tukar objektif : kemampuan barang bila ditukarkan dengan barang lain
sesuai kebiasaan pada umumnya.Nilai tukar ini terbagi atas :
1.
Teori nilai biaya : tinggi rendahnya nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah
biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut. Nilai tukar
suatu barang ditentukan oleh jumlah biaya ( faktor produksi ). Tokoh Adam Smith
( 1723 – 1790 )
2.
Teori nilai tenaga kerja : nilai tukar suatu barang ditentukan oleh nilai
tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi barang tersebut. Tokohnya David
Ricardo ( 1772 – 1823 )
3.
Teori nilai reproduksi : munculnya permasalahan ekonomi ( inflasi, teknologi,
dsb ) dapat menyebabkan biaya pembuatan barang menjadi berbeda tiap periode,
untuk itu nilai tukar suatu barang harus didasarkan pada biaya pembuatan
kembali barang tersebut. Tokohnya Carey
4.
Teori nilai pasar : tinggi rendahnya nilai tukar suatu barang tergantung dari
interaksi permintaan dan penawaran di pasar. Jika permintaan bertambah
sementara penawarannya tetap maka nalai tukar barang tersebut akan naik dan
sebaliknya. Tokohnya David Humme dan John Locke.
b.
Nilai tukar subjektif : kemampuan barang untuk ditukarkan dengan barang lain
dilihat dari penilaian seseorang bukan kebiasaan umum.
E.
Teori Konsumsi Herman Heinrich Gossen
Ada dua kecenderungan orang dalam
melakukan proses konsumsi :
1.
Konsumsi Vertikal : orang melakukan konsumsi dengan menitikberatkan pada
pemenuhan satu kebutuhan tertentu hingga mencapai tingkat kepuasaan yang
tinggi, sedangkan kebutuhan yang lain kurang diperhatikan sehingga tingkat
kepuasaannya rendah.
2.
Konsumsi Horizontal : orang melakukan konsumsi dengan memperhatikan berbagai
macam kebutuhannya, dan berusaha mencapai tingkat kepuasan yang mendekati sama
dari berbagai macam pemenuhan kebutuhan tersebut.
Dari konsumsi yang bersifat vertical
melahirkan Hukum Gossen I yang berbunyi :
“ Jika pemenuhan satu kebutuhan
dilakukan secara terus menerus, tingkat kenikmatan atas pemenuhan itu semakin
lama akan semakin berkurang hingga akirnya mencapai titik kepuasan tertentu “.
Contoh : ketika kita makan bakso, dari
mangkok pertama kita bisa merasakan kenikmatan yang luar biasa, kemudian ketika
kita tambah lagi maka kenikmatan yang akan kita peroleh akan berkurang, tapi
ketika mangkok yang ketiga mungkin kita sudah tidak merasakan nikmat atau
bahkan muntah karena terlalu kekenyangan.
Dari konsumsi yang bersifat horizontal
melahirkan Hukum Gossen II yang berbunyi :
“ Pada dasarnya, manusia cenferung
memenuhi berbagai macam kebutuhannya sampai pada tingkat intensitas / kepuasaan
yang sama “.
Contoh : dari uang saku kita yang
sebesar RP 50.000,00 kita berusaha agar semua kebutuhan kita terpenuhi dengan
baik ( tingkat kepuasaan hampir sama ), maka kita kemudian mulai mengalokasikan
uang tersebut agar semua kebutuhan kita bisa tercukupi.
No comments:
Post a Comment